FILOSOFI MIMPI
Mengawali
hari dengan suasana hati yang begitu semangat tanpa ada beban pikiran yang
mengganggu.
Ben
itulah namanya, seorang pria yang hobinya berhayal sesuatu yang tidak mungkin
dan tidak akan pernah terjadi di dunia nyata karna di kehidupannya sangat
menyedihkan sekali bagaikan jomblo merindukan milea yaitu terlalu berharap pada
perempuan secantik milea yang gak mungkin di dapatkan oleh ben. Tapi anehnya
tak pernah menyerah dalam hal cinta selalu berusaha dan terus berusaha tanpa ada
hasil, mungkin itu namanya jomblo ngenes[1].
Jam
07:15, ben berangkat sekolah dengan motor kesayangan si vespa, vespa merupakan
motor antik taun 80han mungkin di jaman sekarang motor seperti itu sulit
ditemukan karena seiring berkembangnya jaman perusahaan motor banyak
mengeluarkan jenis baru sepertiNinja, Beat, dll.
Tapi bagi ben vespa segalanya di
bandingkan dengan yang lain bahkan rela gak jadi pacar milea asalkan si vespa
selalu ada disampingnya terus meskipun suka mogok.
Diperjalanan
menuju sekolah penyakit motornya kambuh dan terpaksa ben harus membuka bengkel
sendiri dipinggir jalan dengan seragam putih abu,
“Ves kenapa harus mogok segala” dengan raut wajah kesal
dan takut terlambat mengikuti upacara bendera, tak lama datang teman sekolahnya
yang satu kelas namanya Andi.
“Waduh itu ben, kenapa lagi dengan motornya” sambil
menancap gas menghampiri ben.
Setelah sampai, yang ada dalam pikiran ben semoga ada
orang yang mau menolongya untuk sampai kesekolah tepat waktu apalagi kalo
ditolong sama milea sangat senangnya hidup, bahkan rela mogok tiap hari asalkan
milea yang menolongnya.
“Ben… ben…”
“Iya milea cantik”
“Kenapa dengan ben?”
Heran dan bingung dirasakan andi, sampai segitunya ben suka sama milea
bahkan lagi susah begini juga yang terbayang cuma milea
“Ahirnya kamu datang juga milea” andi yang terlihat
seperti laki-laki berubah drastis menjadi milea yang selalu di bayangkan setiap
saat
Karna kesal dan bingung dengan tingkahnya andi langsung
membawa air dan menyiramkan air tersebut ke muka ben sampai sadar.
“Sadar ben, ini andi bukan milea”
“Eh kamu andi, bukan milea nih” sambil mengusap wajah
yang tersiram air
“Iya ini aku, kamu lagi ngapain disini?”
“Biasa penyakit motorku kambuh, trus aku coba
memperbaiki”
“Lah terus tadi kenapa, sampai aku disangka milea?”
“Ya tadikan aku lagi memperbaiki motor, sesaat terlintas
dalam pikiran ada milea yang ingin menolong maka dari itu pas berdiri terbayang
milea dan otomatis lupa segalanya”
“Ben… ben sampe segitunya, mimpi mu terlalu tinggi mana
mungkin milea mau nolong sedangkan dia juga dibonceng sama pacarnya”
“Wah yang bener, ternyata cuma mimpi terus yang ku dapat
kapan kenyataannya ya Allah” terpukul hati ben mendengar penjelasan tadi sampai
membuatnya putus harapan
“Yang sabar ya ben, tenang saja perempuan masih banyak
dan lebih cantik dari milea juga ada, jadi jangan putus asa ingat masa depan
menanti, yang terpenting sekarang kamu sukses dulu buktikan padanya bahwa kamu
kuat dan bisa sukses tanpa milea” andi memberikan dorongan supaya tidak putus
asa dan tetap menjadi ben yang biasa dikenalnya
“Iya siap brad[2],
makasih atas motivasinya”
“Iya sama-sama, kalo gitu ayo berangkat sekolah agar tak
terlambat” mereka langsung berangkat.
Sesampainya
disekolah, ternyata upacara bendera sudah dimulai dengan terpaksa ben dan andi
harus tertahan di gerbang sekolah, menunggu upacara selesai dan yang pasti akan
ada hukumannya. Hukuman yang diberikan berupa bersih-bersih halaman sekolah dan
wc, sekian lama menunggu gerbang pun dibuka oleh guru yang biasa menghukum yaitu
Pak Joseph Sudrajat
“Kalian lagi kalian lagi” sudah sangat pusing dan sebal
melihat yang terlambatnya dua orang ini terus, dan memang sudah menjadi
langganan telat bagi keduanya.Jika keduanya masuk dengan tepat maka itu
pencapaian terbaik dan bahkan bisa menjadi rekor sekolah.
Hukuman
yang diberikan ternyata mendapat tambahan yaitu dengan melakukan perjanjian dan
menulis dikertas yang dikalungkan ke lehernya “Saya berjanji tidak akan
terlambat dan jika terlambat saya siap untuk melakukan keliling kelas seperti
ini” hukuman ini ternyata hukuman terekstrim dibandingkan dengan berdiri
menghadap bendera sambil hormat
“Waduh ini hari yang sangat mengesalkan udah motor mogok
hukuman ditambah, seperti tertimpa mangga ditimpah lagi sama pohonnya[3]”
“Iyah bener brad, tapi gak apa ini akan jadi hal yang
berkesan dan tak akan terlupakan selama sekolah disini”
“Bener juga, sudah ku bayangkan bila nanti kita lulus
dari sekolah ini gak akan ada lagi yang dihukum atau di marahi oleh Pak Juseph
Sudrajat” kebiasaan ben yang selalu memanggil Pak juseph menjadi berlanjutan
sampai saat ini
“Udah jangan dibayangkan takut kamu mimpi lagi terus
bawa-bawa milea lagi kaya tadi” andi pun mengingatkan ben supaya tidak berhayal
“hehehe iyah brad maaf”
“Ayo lanjutkan hukumannya biar cepat beres” andi
langsung mengajak ben melanjutkan beres halaman dan wc sekolah supaya mereka
bisa masuk kelas dan mengikuti kegiatan belajar.
Tak lama
beres upacara Pak Rosid langsung masuk beliau adalah guru di SMA Cihaurbeuty,
selama mengajar beliau merupakan guru yang mudah bersosialisasi bahkan dalam
pengajarannya pun mudah dipahami dan dimengerti maka banyak murid yang sangat
suka dengan teknik mengajarnya yang tidak membuat bosan dan tidak membuat
ngantuk. Sampai pernah ada murid yang tadinya suka tidur malah pas pelajaran
matematika dia jadi semangat bahkan tidak pernah ngantuk atau tidur namanya
Wildan, kemampuannya dalam menghitung sangat lumayan dibanding dengan pelajaran
yang lain.
“Baik anak-anak mata pelajaran matematika sekarang sudah
selesai, jika tidak ada yang mengerti coba ditanyakan” memberikan kesempatan
untuk bertanya sekaligus menutup jam pelajaran matematika
“Siap mengerti pak” jawaban semuanya mengerti tanpa ada
satu pertanyaan yang belum dimengerti oleh semua murid.
Istirahat
tiba, ben dan andi baru beres mengerjakan hukuman
“Ben andi kenapa tidak masuk kelas bapa tadi?” Meneggur
ben dan andi yang tak masuk karena hukuman mereka baru selesai
“Maaf pak, tadi kami kena hukuman akibat telat mengikuti
upacara”
“Kebiasaan kalian ternyata gak berubah, coba berubah
jika kalian seperti ini terus maka sampai kapan pun gak akan masuk kelas bapa,
jadi tolong kalian berubah bapa tidak mau mendengar kalian telat lagi, jika
telat lagi kalian bapa turunkan ke kelas 1” wajah yang merah karena kesal tidak
masuk dan memberikan menasihati keduanya agar tak mengulangi
“Iya pa, kami minta maap, kami akan berubah pak siap
tapi jika kami berubah jangan diturunkan kekelas 1 ya pak, kami janji akan
berubah dan meskipun sulit kami akan mencobanya” dan pada ahirnya mereka berdua
meminta maap sambil berjanji tak akan mengulanginya lagi.
Kemudian Pak Rosid pergi dan meninggalkan kertas yang
sudah kumplit dengan soal hasil belajar tadi supaya dipelajari mereka berdua.
“Ben kita pelajari dan pahami kertas yang telah di
berikan Pak Rosid”
“Iya ayo” dengan semangat mereka mengerjakannya.
Saat
mengerjakan ben mulai berhayal kembali, yang dibayangannya datang milea
kesampingnya dan membantu mengerjakan soal-soal yang tadi dipelajari. Karena
milea satu kelas dengan ben jadi alasan terkuatnya bahwa milea pasti bisa
mengerjakan ini, jadi mana mungkin tidak bisa karena milea merupakan siswi yang
berprestasi dikelas ben
“ben… ben kamu ngimpi lagi?” Ben tidak menjawab
pertanyaan andi
“Waduh… bagaimana ini, ben malah asik melamun sedangkan
ini masih banyak” pikiran andi yang bingung dan tak tau apa yang harus
dilakukannya.
Tak lama milea datang mengampiri keduanya
“Ahirnya milea datang, bisa jadi kesempatan tuk
menanyakan soal-soal ini” dengan wajah senang karna bisa minta bantuan pada
orang yang cantik sekaligus pintar.
Tapi ternyata, milea hanya menghampiri keduanya tanpa
melirik sedikit pun
“Ternyata cuma mimpi bisa minta bantuan sama milea,
hanya orang yang beruntung bisa deket dan minta bantuannya” rasa mengeluh muncul
hingga membuatnya bingung hal apa yang harus dilakukan, tapi wildan datang dan
membantu mengerjakannya
“Mana di, biar coba aku bantu”
“Yah yang datang malah kamu kenapa bukan milea” yang
tadinya berhayal tersadar karna ada yang menghampiri
“Lah ben kamu udah sadar dari imajinasi kamu yang
ketinggian itu”
“Iyah lah sadar wong[4]
ada yang menghampiri, nih mileho” dengan wajah yang baru keluar dari alamnya
mengejek wildan
“Siapa mileho?” Tanya andi sambil kaget
“Ini nih, si wildan”
“Owh kirain bener milea, ada apa dan?”
“Aku mau mencoba membantu kalian mengerjakan soal itu”
“Owh begitu, ayo kita kerjakan kalau begitu” dan pada
ahirnya soal yang diberikan Pak Rosid selesai.
Keesokan
harinya ben pergi kerumah teman semasa kecilnya.Jakos(Jang Engkos) merupakan
teman dimasa kecil ben, ketika kecil mereka suka bermain bersama sampai diwaktu
kelas 3 SD mereka harus berpisah karena orang tua jakos yang mempunyai
pekerjaan diluar kota sehingga mengharuskan jakos ikut dan meninggalkan
temannya. Tapi setelah lulus SD dia kembali lagi kekampung halamannya sehingga
mereka bisa bertemu dan bermain lagi namun diusia yang cukup dewasa sehingga
sudah banyak mengenal segalanya
“Hallo brad, sudah lama gak ketemu, gimana kabarmu?”
Sapa ben sambil menepuk pundaknya
“Hei, iyah brad, Alhamdulillah baik brad, kamu gimana
brad?”
“Alhamdulillah baik juga, ayo kita pergi renang”
“Ayo, bentar aku prepare dulu” sambil mengeluarkan
motornya yang akan dibawa ketempat renang
“Okeh siap”
Tak lama jakos pun siap dan langsung berangkat ketempat
yang dituju.
Sesampainya
mereka membayar tiket masuk, ketika sedang membayar ben berpapasan dengan milea
yang juga berenang ditempat renang yang sama, seakan-akan ben melayang bisa
bertemu lagi dengan milea tapi milea tidak pergi sendiri melainkan pergi
bersama pacarnya yang songong itu
“Ben… ben!” jakos meneriaki dan mencoba menyadarkan ben
yang pikirannya melayang entah kealam mana
Namun ben tidak sadar, dan pada ahirnya jakos
menyiramnya sampai tersadar
“Aduh apa-apaan nih, aku disiram air” dengan wajah kesal
dan basah dengan air
“Tadi kamu bengong, sampai tempat karcis jadi macet
gegara kamu bengong, emang kamu ngebayangin apaan?”
“Aku bengong, masa ahh ini enggak, tuh si dia yang pakai
baju merah muda membuatku terpesona dimana-mana jika bertemunya”
“Yang mana?”
“Itu tuh didekat saung, yang mau duduk”
“Oh yang itu, cantik juga”
“Iyah pasti cantik, tapi aku bertekad memilikinya”
“Seleramu tinggi juga ya, waduhhh mau memilikinya gak
mimpi nih”
“Iyah aku berniat memilikinya, aku gak lagi mimpi
seriusan”
“Oke-oke. Tapi kamu sadar gak perbedaan kamu dan dia ?”
“Bedanya cuma dia kaya dan aku biasa”
“Bukan itu, tapi coba introsfeksi pada dirimu ada yang
kurang gak?”
“Enggak, biasa aja gak ada yang kurang”
“Haduh ben… ben nih aku perjelas ya, liat dia cantik, anggun,
manis nah sedangkan kamu?, mimpi yang ada kamu bisa memilikinya”
Ben termenung dan terdiam sejenak dengan obrolan andi,
tapi pada ahirnya bukan putus asa yang ben lakukan namun berusaha dan terus
berusaha.
Seminggu
kemudian, ben berangkat sekolah dengan motor vespa yang selalu dipakainya.
Namun dihari ini ada yang beda, dia berangkat sekolah tidak sendiri lagi karena
dibelakangnya sudah ada milea yang menemani. Kabar baiknya ben dan milea
ahirnya jadian dan ternyata hasil yang dilakukan selama ini bukan hanya hayalan
semata tapi juga kenyataan selama dia hidup, ingat karna sebuah usaha itu akan
sesuai dengan hasil yang didapat maka dari itu berusaha semampu mungkin sebelum
mendapatkan hasilnya dan hayalan adalah pembangkit semangat bukan mimpi semata
yang menyita waktu.
[1]Ngenes
: prihatin, sangat menyakitkan
[2]Brad
: panggilan pada teman laki
[3]tertimpa
mangga ditimpah lagi sama pohonnya : sudah mendapatkan musibah ditambah lagi
dengan musibah yang lebih besar
[4]Wong
: orang